Wednesday, March 10, 2021

KISAH RASULULLAH SAW - Siri 37

 


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


Buraidah 


Bukan saja Suraqah bin Malik yang menginginkan hadiah 100 ekor unta


Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar mencari Rasulullah SAW. Dia memimpin 70 orang tentera dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yathrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka bertemu rombongan Rasulullah SAW


"Kepung !", perintah Buraidah 


Beberapa detik kemudian, tujuh puluh pedang, tombak dan panah dihalakan ke arah Rasulullah SAW dan memaksa Baginda SAW berhenti


Buraidah menegur Rasulullah SAW


Rasulullah SAW pun menjawabnya 


Kemudian, sebelum Buraidah sempat bertanya lagi, Rasulullah SAW bertanya, "Siapa kamu?"


"Aku Buraidah bin Al Hasib"


Dengan tenang Rasulullah SAW berkata kepada Abu Bakar RA, "Mudah-mudahan situasi yang getir ini akan kembali menjadi lebih baik"


Kemudian, Baginda SAW memandang kembali ke Buraidah dan bertanya, "Dari keturunan siapakah engkau?"


"Dari desa Aslam, keturunan Sahmin"


Rasulullah SAW memalingkan wajahnya ke arah Abu Bakar RA dan berkata, "Kita telah selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka"


"Siapakah engkau?", kali ini Buraidah yang bertanya


"Aku Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib"


Dengan kehendak Allah SWT, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam. Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung pun mengikuti jejaknya. Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal rombongan Rasulullah SAW sampai keluar dari wilayah mereka. Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah SAW tetap mampu mengumpulkan pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman dan pertolongan Allah SWT


Penyebaran Islam di Yathrib


Pesatnya perkembangan Islam di Yathrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair RA yang diutus Rasulullah SAW ke Yathrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab RA yang cerdas dan berhati lembut mampu membuatkan orang yang memusuhinya menjadi kawan


Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair RA


Sebelum Rasulullah SAW dan kaum muslimin Mekah berhijrah, di Yathrib, Mush'ab bin Umair RA sedang mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun bani Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar berita ini. Lalu dia datang kepada Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya


"Usaid menemui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-orang kita. Agama itu boleh membuatkan orang yang lemah dan miskin bangkit melawan kita"


Mendengar itu, Usaid pergi membawa tombak ke kebun bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair RA dengan tombak. Namun, Mush'ab RA berkata tenang, "Mahukah kau duduk dulu dan mendengarkannya? Kalau kau tidak menyukainya, aku bersedia pergi dari sini"


Usaid berfikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil"


Kemudian, dia duduk dan mendengarkan Mush'ab RA. Semakin lama, hati Usaid makin tertarik. Akhirnya, dia memeluk Islam waktu itu juga. Setelah itu, dia menemui Sa'ad bin Muadz 


"Apa? Jadi sekarang  engkau ikut memeluk agama baru itu?", teriak Sa'ad marah 


Dia pun bergegas menemui Mush'ab RA sambil menyandang pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada Usaid, terjadi pula pada Sa'ad. Begitu mendengar penjelasan Mush'ab RA tentang Islam, dia begitu tertarik sehingga menjadi muslim waktu itu juga. Setelah itu, tanpa membuang masa, dia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai Banu Abdul Asyhal, apa yang kamu ketahui tentang diriku?"


"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya pendapat dan pengalaman yang terpuji"


Maka kata-katamu, baik wanita mahu pun lelaki, bagiku adalah suci selama kamu beriman kepada Allah dan utusan-Nya", demikian laungan Sa'ad bin Muadz. Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk Islam 


Amr bin Jamuh 


Keberanian kaum muslimin di Yathrib benar-benar di luar dugaan kaum muslimin di Mekah. Para pemuda di sana dengan sangat berani mempermainkan berhala orang-orang yang masih musyrik. Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Dia mempunyai satu berhala bernama Manat yang terbuat dari kayu. Setelah para pemuda dari Banu Salamah masuk Islam, diam-diam mereka mengambil Manat pada malam hari dan memasukkan berhala kayu itu ke dalam lubang penuh lumpur 


"Manat! Ke mana Tuhanku itu?", laung Amr bin Jamuh. Di awal pagi, dia sudah datang ke tempat penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang. Setelah mencari ke sana ke mari, dia menemukan Manat tersorok di tempat yang sangat kotor. Amr segera mengambil, mencuci dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya kembali di tempatnya semula


"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan ku tebas lehernya!", ancam Amr bin Jamuh kepada orang-orang di sekitarnya 


Namun, pada malam harinya para pemuda muslim kembali mengambil dan memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan tuhannya lagi. Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat 


Amr mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Ku sertakan pedang ini bersamamu!"


Keesokan harinya, kehilangan Manat berulang lagi. Dia menemukan tuhannya itu di dalam sumur bersama dengan bangkai seekor anjing. Sementara itu, pedangnya hilang


"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?", keluh Amr tidak berdaya 


Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sedarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya dia selama ini. Setelah itu, tanpa rasa ragu lagi dia memeluk Islam dan menjadi muslim yang taat

No comments:

Post a Comment