Sunday, January 31, 2021

Kisah Rasulullah SAW - Siri 10


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


Darul Arqam


Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah SAW mulai berbuah, sedikit demi sedikit, para pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah Rasulullah SAW yang kecil itu mulai terasa sempit 


"Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan tempat pertemuan ke rumahku", usul Arqam. "Rumahku cukup luas untuk menampung jumlah kita yang sudah puluhan orang. Lagi pula, letaknya di puncak bukit. Orang-orang yang berniat jahat tidak mudah mencapai tempat itu untuk mengganggu kita"


Rasulullah SAW pun setuju. Oleh kerana itu, pertemuan setiap malam pun pindah ke rumah Arqam. Sebahagian pemeluk Islam waktu itu adalah orang-orang lemah: para hamba, buruh, orang miskin, perempuan-perempuan fakir, serta orang tertindas lain. Bakinya adalah golongan orang terpelajar dan pedagang kaya 


Sebenarnya, kebanyakan pedagang mulanya agak ragu 


"Bagaimana jika nanti ajaran baru ini menutup Mekah dari rombongan saudagar dari tempat-tempat lain? Kalau demikian yang terjadi, kita akan bangkrup ", ujar seorang pedagang


Namun, keraguan itu ditepis Rasulullah SAW. Islam tidak akan menutup Mekah. Islam juga tidak akan mengubah musim ziarah ketika banyak pedagang datang ke Mekah. Islam tidak melarang semua itu 


Hal yang dilarang adalah :

1. Menyembah berhala 

2. Menyerahkan persembahan dan korban kepada bangsawan Quraisy 

3. Bertelanjang ketika tawaf di Kaabah 

4. Menyelenggarakan pelacuran

5. Mengeluarkan kata-kata kotor dan tindakan buruk lain saat melaksanakan ziarah 


Rencana Para Pemuka Quraisy


Setelah mendengar penjelasan Rasulullah SAW, para pedagang pun merasa lega. Kebanyakan mereka bukan pedagang hamba dan tidak menarik untung dari korban yang dipersembahkan untuk bangsawan-bangsawan Quraisy. Iman mereka pun semakin kuat 


Melihat Islam semakin dicintai para pengikutnya, para pembesar Quraisy pun menyusun rencana lain


"Apa yang harus kita lakukan?", teriak seorang pemuka Quraisy. "Abu Bakar dan rakan-rakannya terus membebaskan hamba-hamba kita! Tidak ada jalan lain, bunuh hamba-hamba itu agar yang lain ketakutan!"


"Tidak ", geleng Abu Jahal lemah. " Sumayyah telah ku bunuh, tapi itu tidak membuatkan yang lain takut. Cari saja cara yang lain!"


Seorang pemuka Quraisy berdiri cepat, "Kita pukul Muhammad sampai lemah! Dengan demikian, wibawanya akan hancur dan pengikutnya pun pasti ketakutan!"


"Namun, keluarga Muhammad dari Bani Hasyim akan membelanya!", kata yang lain 


"Siapa? Abu Thalib sudah terlalu tua! Yang harus kita takut dari Bani Hasyim adalah Hamzah! Namun, engkau lihat sendiri, Hamzah sibuk berfoya-foya! Dia tidak peduli pada nasib anak saudaranya itu! Pilihlah dua orang yang paling ditakuti di Mekah untuk melaksanakan tugas ini!"


Sejenak itu, orang-orang terdiam sambil memandang keliling. Kemudian, seorang dari mereka menunjukkan jarinya kepada pemuda bertubuh tinggi besar, " Engkau, Umar bin Khattab! Engkau dan Abu Jahal! Tidak ada orang lain yang berani melawan kalau kalian memukul Muhammad!"


Orang-orang berteriak, "Setuju"


"Sabar ", tiba-tiba seseorang bersuara, " Langkah awal bukanlah serangan fizikal! Hancurkan dulu wibawanya! Ku usulkan agar kita suruh para hamba melempar Muhammad dan melaungkannya sebagai pembohong, orang gila dan tukang sihir!"


Usul itu disetujui. Mulai hari itu, setiap kali Rasulullah SAW melalui jalan-jalan di Mekah, para hamba melaungkan kepada Baginda SAW, "Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"


Suara mereka kuat dan tajam ibarat orang sedang mengusir kucing yang masuk dapur. Kemudian, apa yang terjadi jika Abu Jahal atau Umar mulai memukul Rasulullah SAW?


Kuda Jantan 


Saat itu merupakan masa yang sukar bagi Rasulullah SAW. Baginda SAW pergi ke sebuah tempat yang teduh, berbaring di atas batu dan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibandingkan dengan cacian dan celaan dari orang-orang yang sedang diperjuangkan Rasulullah SAW mati-matian


Sementara itu, di depan Kaabah, Abu Jahal berkhutbah di depan pengikut-pengikutnya, "Aku bersumpah untuk menghentam kepala Muhammad dengan sebuah batu ketika dia sedang sujud kepada Tuhannya!"


Beberapa orang bersorak memberi semangat, sedangkan yang lain saling memandang dengan terkejut. Itu adalah satu tindakan kejam yang dapat menimbulkan kematian. Jika Muhammad SAW meninggal, Bani Hasyim pasti akan menuntut bela dan Mekah akan terpecah oleh perang saudara. Namun, Abu Jahal telah mengucapkan sumpah yang tidak dapat ditarik lagi tanpa mencoreng mukanya sendiri. Oleh kerana itu, mereka memilih untuk mengamati apa yang terjadi dengan dada berdebar-debar 


Kesempatan yang ditunggu Abu Jahal pun tiba. Saat itu, Rasulullah SAW sedang solat di depan Kaabah. Ketika Baginda SAW sujud, Abu Jahal dengan cepat melangkah dekat. Kedua tanganya yang menggenggam batu terangkat tinggi-tinggi, matanya menyala buas 


Namun, ketika batu akan dihujamkan sekuat tenaga, mendadak Abu Jahal berbalik pergi. Batu di tangannya terlepas dan wajahnya pucat ketakutan 


"Ada apa?", semua pengikutnya bertanya kebingungan 


Dengan nafas tersekat-sekat, Abu Jahal berkata, "Demi Tuhan, di depanku tadi berdiri seekor kuda jantan. Belum pernah aku menyaksikan seekor kuda jantan serupa itu. Kepala, tengkuk dan giginya sungguh mengerikan. Aku yakin dia akan menelanku seandainya batu tadi ku hentamkan!"


Abu Jahal pergi dengan pantas untuk menenangkan dirinya 


Orang-orang memandang Rasulullah SAW dengan hairan dan takjub. Sementara itu, Rasulullah SAW tetap meneruskan solat dengan khusyuk. Wajah Baginda SAW begitu tenang dan tenteram

No comments:

Post a Comment