اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Surah Thohaa
Akan tetapi, Umar RA tidak dapat melawan rasa sayang kepada adiknya. Amarahnya padam seperti api disiram hujan. Dia duduk, diam dalam penyesalan. Ditatapnya wajah adiknya dalam-dalam, disesalinya luka akibat tamparannya tadi
"Tunjukkan lembaran-lembaran tadi yang kalian baca agar aku tahu apa yang Muhammad bawa", pinta Umar RA
"Kami khuatir engkau akan merampas lembaran-lembaran itu"
"Tidak perlu takut, perlihatkanlah. Aku bersumpah akan mengembalikannya"
Saat itu, timbul harapan di hati Fatimah RA agar abangnya memeluk Islam
"Abangmu adalah penyembah berhala, kerana itu dirimu kotor. Sesungguhnya, lembaran ini tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci"
Tanpa berkata lagi, Umar RA berdiri lalu mandi. Setelah itu dia kembali dan membaca lembaran-lembaran yang berisi surah Thohaa
طه
Thaahaa
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah ;
إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَىٰ
tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)
تَنْزِيلًا مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى
iaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ
(Iaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَىٰ
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah
وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahsia dan yang lebih tersembunyi
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)
Umar RA terus membaca sebahagian besar lembaran-lembaran tadi, lalu berhenti. Tangannya terkulai, matanya sayu. Dikembalikannya lembaran-lembaran tadi ke tangan Fatimah RA. Dengan rasa hairan dan penuh harap, Fatimah RA memerhatikan wajah abangnya itu
Kemudian di dengarnya Umar RA mendesah. "Alangkah bagus dan agung kata-kata ini"
Seolah mendadak matahari yang terang benderang muncul dari balik awan. Khattab bin Al Arat segera keluar dari persembunyiannya
"Wahai Umar!", serunya meluap-luap. "Aku sungguh berharap mudah-mudahan Allah mengistimewakan dirimu. Kelmarin kudengar Rasulullah berdoa, "Ya Allah! kuatkanlah Islam dari dua Umar, Abu Jahal bin 'Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab!"
Mendengar itu, Umar RA segera bangkit dan bergegas menuju Darul Arqam. Namun, tangannya masih menghunus pedang dan wajahnya seperti singa padang pasir yang siap bertarung
Keislaman Umar bin Khattab RA
Berdentum-dentam pintu Darul Arqam diketuk Umar RA. Sebelum membuka pintu, seorang sahabat mengintip keluar dan terkejut, seperti baru mengalami mimpi buruk. "Pengetuk pintu adalah Umar bin Khattab!", desisnya panik kepada Rasulullah SAW dan orang-orang di dalam. "Dia datang dengan pedang yang terhunus!"
Hamzah bin Abdul Muthalib RA berdiri dan berkata tenang. "Biarkan saja dia masuk. Jika dia datang dengan maksud baik, kita sambut dengan baik. Namun, jika dia datang dengan maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan pedangnya".
Setelah berkata begitu, tangan Hamzah RA bergerak meraba hulu pedangnya. Suasana tambah tegang ketika pintu dibuka. Namun, Umar RA tidak juga masuk. Dia tetap berdiri dengan sikap garang di depan pintu
Melihat itu, Rasulullah SAW pun berdiri dan berjalan cepat menghampiri Umar RA. Dengan cepat bahkan tidak terduga oleh Umar RA sendiri, tangan Rasulullah SAW yang mulia bergerak dan mencengkam leher baju Umar RA dengan kuat
Dengan suara tegas yang tidak dapat dibantah, Rasulullah SAW berkata, "Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi Allah, aku tidak akan melihat engkau berhenti dengan sikap dan tindakanmu terhadap kami hingga Allah menurunkan bencana untukmu"
Kerongkong Umar RA tersekat kerana begitu terkejut. Kesombongannya runtuh, bahkan rasa takut menguasai dirinya. Dengan suara bergetar ia berkata, "Wahai Rasulullah....... "
Semua orang di Darul Arqam tercengang. Mereka lebih tercengang lagi mendengar Umar bin Khattab RA, sang Singa Quraisy, melanjutkan kata-katanya, "Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Utusan-Nya"
Rasulullah SAW melepaskan cengkamannya dan berkata penuh rasa syukur, "Subhanallah ....."
Takbir Hamzah RA bergema. Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian itu, Umar bin Khattab RA, sahabat berperang dan teman minumnya, menjadi saudara seiman. Hati mereka terikat dalam tali yang tidak dapat terputus lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang tiada tara, Rasulullah SAW mengusap dada Umar RA agar sahabat barunya itu tetap dalam keimanan
No comments:
Post a Comment