Saturday, February 13, 2021

Kisah Rasulullah SAW - Siri 18


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


Kaum Muslimin Menang


Siasat para utusan Quraisy itu sederhana saja. "Wahai Raja", kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya. "Sesungguhnya kaum muslimin menuduh keji terhadap Isa anak Maryam"


Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung memanggil Ja'far RA dan rakan-rakannya


"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang buruk?", tanya Najasyi


Ja'far RA kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia, pendapat adalah seperti yang dikatakan Nabi kami. Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-Nya disampaikan Maryam yang masih perawan"


Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia mengambil sebatang tongkat dan membuat garis lurus di atas tanah 


"Antara agama kalian dan agama kami", katanya penuh gembira bercampur haru. "Sebenarnya tidak lebih dari garis ini"


Nyata bagi Najasyi bahawa kaum muslimin mengakui Nabi Isa AS, mengenal adanya Kristian, dan menyembah Allah SWT


Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada celah bagi tuduhan atau muslihat yang mereka lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai kepada para pemuka Quraisy di Mekah


Setelah itu kaum muslimin tinggal di Habsyah dengan perasaan aman dan tenteram


Sempat Kembali


Kaum muslimin yang berhijrah ke Habsyah sempat kembali ke Mekah kerana mendengar berita bahawa orang Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah SAW dan pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahawa orang Quraisy bersikap semakin keras, mereka kembali berhijrah ke Habsyah


Ajakan Saling Menyembah Tuhan 


Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab, Utbah bin Rabi'ah, Walid bin Mughirah dan Ummayah bin Khalaf menjemput Rasulullah SAW ke pertemuan mereka. Sejenak, hati Rasulullah SAW penuh harapan, mungkin dengan pertemuan hari ini mereka akan tersentuh dengan Islam


Alangkah kecewanya Rasulullah SAW ketika apa yang mereka tawarkan kepadanya adalah soal harta dan kekuasaan. Baginda SAW diam sejenak, lalu berkata, "Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada maksud sama sekali untuk mencari harta kekayaan, tidak pula kemuliaan, dan kekuasaan. Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mahu menerima ajaran-ajaran yang ku bawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat. Jika kalian semua menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang terjadi di antara aku dan kalian"


Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad SAW berkata tentang Tuhannya. Salah seorang di antara mereka pun akhirnya berkata, "Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerjasama dalam persoalan ketuhanan ini. Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan memperolehi keuntungan darinya. Jika yang kamu sembah lebih baik daripada yang kami sembah, kamu akan memperolehi keuntungan darinya"


Orang itu menarik nafas sejenak, lalu meneruskan lagi kata-katanya, "Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan menjalankan perintah-perintahnya. Kami akan menyembah Tuhanmu dan menjalankan perintah-Nya"


Rasulullah SAW tidak menunggu sebentar pun untuk memahaminya. Baginda SAW mengutip sebuah ayat Al Quran (surah Al-Kafirun)


لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ


Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah 

(Surah Al-Kafirun (109:2) 


وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ


Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah

(Surah Al-Kafirun (109:3)


وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ


Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

(Surah Al-Kafirun (109:4)


وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ


dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah 

(Surah Al-Kafirun (109:5)


لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ


Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku 

(Surah Al-Kafirun (109:6)


Perundingan pun tidak mendapat kata putus. Para pembesar Quraisy itu merasa tidak ada jalan lagi untuk melakukan perubahan. Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begitu kerasnya sampai Muhammad SAW dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!


Pemboikotan 


"Kalian bayangkan!", seru seorang pemuka Quraisy kepada yang lainnya. "Jumlah pengikut Muhammad kian bertambah! Hamba-hamba kita telah berani mengangkat muka di hadapan tuannya, sebab mereka dilindungi para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita menyiksa mereka itu, pasti datang salah seorang pengikut Muhammad yang tanpa berat hati akan membebaskan mereka!"


"Itu yang membuatku khuatir!", sahut yang lain. "Bayangkan jika jumlah hamba-hamba yang dibebaskan itu semakin ramai dan mereka diberi senjata, kita pasti akan mendapat susah untuk menghadapinya!"


Pembesar yang lain terdiam. Mereka mengakui ancaman besar itu 


"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-benar kekurangan kekuatan", keluh seseorang 


Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi para pembesar itu, puluhan hamba yang masuk Islam tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah RA atau Umar RA


"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari Bani Hasyim tidak melindunginya!", kata seseorang


"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut Muhammad, mereka harus menerima akibatnya! Kita boikot mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk mencari nafkah! Kita buat mereka semua miskin dan sengsara!"


Seruan itu disambut oleh semua para pembesar. Akhirnya, mereka mengeluarkan satu pengumuman yang mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang seluruh manusia menjalin hubungan pernikahan dan jual beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka gantungkan di dinding Ka'bah


Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar. Keputusan ini akan membuatkan Bani Hasyim terkucil, kelaparan dan tertekan

No comments:

Post a Comment