اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Pengiriman Mush'ab bin Umair RA
Setelah baiat terlaksana dengan sempurna, semua orang kembali ke perkemahan masing-masing sambil menyimpan kejadian itu baik-baik di dalam hati
Musim haji pun selesai. Ketika rombongan Muslim Yathrib berangkat pulang. Rasulullah SAW menyertakan seorang duta pertama. Tugas duta ini adalah mengajarkan syariat Islam dan pengetahuan agama kepada kaum Muslimin. Selain itu, dia juga berkewajipan menyebarkan ajaran Islam kepada orang-orang yang masih menyembah berhala
Rasulullah SAW memilih Mush'ab bin Umair RA untuk melaksanakan tugas ini. Mush'ab RA termasuk pemeluk Islam pertama dan ilmuwan dalam pengetahuan tentang hukum-hukum Allah SWT, bacaan Al-Quran, serta ketaatannya
Setelah sahabat Rasulullah SAW itu datang, semakin ramai orang Yathrib memeluk Islam. Seiring dengan itu, penyatuan Aus dan Khazraj semakin kuat sampai akhirnya hilanglah rasa permusuhan di hati mereka
Jumaat Pertama
Melihat Islam berkembang semakin luas, orang-orang Yahudi Yathrib amat khuatir. Mereka takut agamanya lenyap kerana Islam. Oleh kerana itu, setiap hari Sabtu mereka berkumpul di suatu tempat dan mengadakan keramaian untuk menunjukkan keagungan agama mereka
Ketika mendengar hal ini, Rasulullah SAW memerintahkan Umair RA untuk mengumpulkan kaum Muslimin setiap hari Jumaat untuk mengerjakan solat dua rakaat berjama'ah. Mush'ab segera mengumpulkan kaum Muslimin di Hazmun-Nabit. Itulah solat Jumaat pertama dalam sejarah Islam. Solat pertama itu diikuti oleh empat puluh orang
Abdurrahman bin Auf RA
Rasulullah SAW juga pernah memerintahkan Abdurrahman bin Auf RA secara senyap pergi ke daerah Damatul Jandal untuk berdakwah. Selama tiga hari, Abdurrahman bin Auf RA berdakwah sampai akhirnya pemimpin mereka Al Ashbag pun masuk Islam
Baiat Aqabah Kedua
Tahun berikutnya, jumlah jemaah haji dari Yathrib lebih ramai, termasuk dalam rombongan itu tujuh puluh lima Muslim. Dua di antaranya orang perempuan. Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah Rasulullah SAW berdakwah dengan lemah lembut, mengalah terhadap segala siksaan serta menanggung semua kesakitan dengan kesabaran dan pengorbanan
Tidak selamanya Allah SWT mengajarkan umat-Nya untuk terus mengalah. Suatu saat pukulan harus dibalas pukulan, serangan pun harus dibalas serangan. Dengan tujuan inilah Rasulullah SAW mengadakan pertemuan dengan ketujuh puluh lima muslim itu
Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit Aqabah pada hari-hari Tasyriq. Hari Tasyriq adalah tiga hari berturut-turut setelah hari Raya Korban (Aidil Adha)
Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang mendaki lereng-lereng Aqabah yang curam, termasuk kedua muslimah tersebut. Saat itu, Rasulullah SAW disertai pakciknya, Abbas bin Abdul Muthalib RA. Abbas RA menyedari bahawa pertemuan ini akan terjadinya perang terhadap orang yang memusuhi anak saudaranya
"Saudara-saudara dari Khazraj", demikian Abbas RA berkata. "Posisi Muhammad di tengah-tengah kami sudah diketahui bersama. Kami dan mereka yang sefahaman dengannya telah melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Namun, dia ingin bergabung dengan kalian juga. Jadi, kalau memang kalian merasa dapat menepati janji seperti yang kalian berikan kepadanya dan dapat melindungi dari mereka yang menentangnya, silakan kalian laksanakan. Akan tetapi kalau kalian ingin menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat kalian, dari sekarang lebih baik tinggalkan saja"
Orang-orang Yathrib pun menjawab, "Sudah kami dengar yang engkau katakan. Sekarang silakan Rasulullah SAW bicara. Kemukakanlah yang engkau senangi dan disenangi Allah"
Setelah membaca ayat Al-Quran dan memberi semangat Islam, Rasulullah SAW bersabda, "Aku minta ikrar kalian untuk membelaku seperti membela isteri-isteri dan anak-anak kalian sendiri"
Kesetiaan Kaum Anshar
Saad bin Ubadah, seorang pemimpin Anshar berkata kepada Rasulullah SAW, "Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, andaikan engkau menyuruh agar kami terjun ke dalam lautan, tentulah kami akan melakukannya"
Dialog Sebelum Ikrar
Seorang pemuka masyarakat yang tertua di situ, Al Bara' bin Ma'rur, berkata, "Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah ahli perang dan ahli bertempur yang sudah kami warisi dari leluhur kami"
Namun, sebelum Al Bara' selesai bicara, Abu Haitham bin Tayyihan mencelah, "Rasulullah, kami memutuskan perjanjian dengan orang-orang Yahudi. Namun, apa jadinya kalau apa yang kami lakukan ini kelak Allah memberikan kemenangan kepada kamu, apakah kamu akan kembali kepada masyarakat kamu dan meninggalkan kami?"
Rasulullah SAW tersenyum dan berkata, "Tidak, aku sehidup semati dengan kalian. Kalian adalah aku dan aku adalah kalian. Aku akan memerangi siapa saja yang kalian perangi dan aku akan berdamai dengan siapa saja yang kalian ajak berdamai"
Tatkala mereka selesai berikrar, Abbas bin Ubadah mencelah, "Saudara-saudara dari Khazraj, untuk apakah kalian memberikan ikrar kepada orang ini? Kalian menyatakan ikrar dengan dia untuk melakukan perang terhadap yang hitam dan yang merah (perang habis-habisan melawan siapa pun). Kalau kalian merasa bahawa jika harta benda kalian binasa dan para pemuka kalian terbunuh, kalian hendak menyerahkan dia kepada musuh, lebih baik dari sekarang tinggalkan saja dia. Kalau pun itu yang kalian lakukan, ini adalah perbuatan hina dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika kalian dapat menepati seperti yang kalian berikan kepadanya itu, sekali pun harta benda kalian habis dan para pemimpin kalian terbunuh, silakan saja kalian terima dia. Itulah suatu perbuatan yang baik, dunia dan akhirat"
Mereka pun menjawab, "Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis dan bangsawan kami terbunuh. Namun, Rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami peroleh?"
Rasulullah SAW menjawab dengan tenang dan pasti, "Syurga"
Keperibadian Yang Mengagumkan
Kesetiaan kaum Anshar pada saat baiat menunjukkan begitu dalamnya kepercayaan yang tertanam dalam hati mereka kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW memiliki kepribadian yang daya pesonanya tidak dapat dijangkau kedalamannya. Siapa pun yang bergaul dengan Rasulullah SAW, pasti akan luluh dalam pesona itu
No comments:
Post a Comment