Thursday, March 4, 2021

KISAH RASULULLAH SAW - Siri 32

 


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


Ikrar


Mereka menghulurkan tangan kepada Rasulullah SAW dan berikrar. Inilah yang tercatat dalam sejarah sebagai Baiat Aqabah kedua 


Dalam Ikrar kedua ini, mereka mengucapkan, "Kami berikrar mendengar dan setia pada waktu suka dan duka, pada waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada dan kami tidak takut teguran siapa pun atas jalan Allah ini"


Rasulullah SAW menjabat tangan para lelaki, tetapi tidak menyentuh tangan wanita. Setelah itu, Baginda SAW berkata, "Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan kalian yang akan menjadi penanggung jawab masyarakatnya"


Mereka lalu memilih sembilan orang Khazraj dan tiga orang Aus. Kepada para pemimpin itu, Rasulullah SAW berkata, "Kalian adalah penanggung jawab masyarakat seperti pertanggungjawaban pengikut-pengikut Isa binti Maryam. Terhadap masyarakatku, akulah yang bertanggung jawab"


Peristiwa ini selesai tengah malam di celah Gunung Aqabah, jauh dari masyarakat. Saat itu, mereka berharap hanya Allah SWT saja yang mengetahui urusan mereka. Namun, ternyata ada orang lain yang kebetulan sedang lalu dan merasa curiga dengan suara-suara dari puncak bukit. Orang itu memanjat lereng gunung dan menyaksikan baiat Aqabah kaum Muslimin 


Ketentuan Perang


Salah satu isi penting ikrar Aqabah kedua ini adalah dicantumkannya ketentuan tentang perang. Pihak Anshar berjanji akan membela Rasulullah SAW sekali pun harus berperang dan mengorbankan jiwa. Semua itu dilakukan kaum Anshar tanpa desakan sama sekali tidak mengharapkan apa pun dari Rasulullah SAW kecuali keredhaan Allah SWT


Quraisy Terkejut


Orang yang mengintai peristiwa ikrar tadi berteriak, memberi tahu penduduk Quraisy yang tinggal di Mina, tidak jauh dari Aqobah 


"Muhammad dan orang-orang yang pindah agama itu sudah berkumpul! Mereka akan memerangi kamu!"


Walau cuma mendengar selintas, orang itu mengetahui maksud kaum muslimin. Dengan lantang berteriak, dia bermaksud mengganggu baiat kaum muslimin. Orang itu berharap kaum muslimin jadi takut, gelisah dan membatalkan perjanjian mereka dengan Rasulullah SAW


Namun, tekad kaum muslimin sudah tidak lagi berubah. Bahkan, dengan semangat yang menyala, Abbas bin Ubadah RA berkata kepada Rasulullah SAW, "Demi Allah yang telah mengutus kamu atas dasar kebenaran, kalau sekiranya kamu berkenan, penduduk Mina itu esok akan kami habiskan dengan pedang kami!"


Rasulullah SAW menjawab, "Kami tidak diperintahkan untuk itu. Kembalilah ke khemah kalian"


Dengan cepat dan senyap, kaum muslimin kembali ke khemah mereka dan tidur sampai pagi, seolah-olah tidak pernah terjadi apa pun


Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy sudah mengetahui berita adanya ikrar. Mereka benar-benar sangat terkejut. Para pemuka Quraisy berkumpul dan segera bertindak. Mereka menemui para pemimpin rombongan Aus dan Khazraj


"Apa yang terjadi? Kami dengar malam tadi kamu semua menjanjikan sesuatu kepada Muhammad!", ujar pemimpin Quraisy


Tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah muslim. Kebetulan para pemimpin rombongan mereka ada yang belum beriman


"Tidak! Kamu pasti salah dengar! Tidak seorang pun dari rombongan kami yang keluar dari khemah malam tadi!", kata salah seorang pemimpin rombongan dari Yathrib itu 


Malam tadi, kaum muslimin memang bergerak secara sembunyi. Mereka tidak memberi tahu anggota rombongan yang belum beriman tentang perjanjian mereka dengan Rasulullah SAW. Akhirnya, orang-orang Quraisy kembali dengan rasa curiga. Sementara itu, dengan tenang, anggota rombongan dari Yathrib berkemas dan berangkat pulang


Hijrah 


Kaum Anshar atau 'para penolong', demikianlah Rasulullah SAW gelarkan para sahabat barunya dari kota Yathrib. Sebelum kaum Anshar datang, rasanya dakwah Islam akan berputar di sekitar Mekah saja. Padahal, seluruh penduduk Mekah sudah diancam habis-habisan oleh para pemimpin Quraisy agar tidak menjadi pengikut Rasulullah SAW. Di mata orang Quraisy, tiba-tiba saja Islam sudah menjadi kuat nun jauh di Yathrib sana dan itu di luar jangkauan mereka


Tanpa membuang masa lagi, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya menyusul kaum Anshar ke Yathrib. Dengan kebijaksanaannya, Rasulullah SAW telah memerintahkan kaum muslimin hijrah dengan senyap agar tidak menimbulkan kekecohan Quraisy


Mulailah mereka berhijrah dalam kelompok kecil. Cara seperti itu berbeza dengan apa yang dilakukan Nabi Musa AS yang membawa kaumnya berhijrah dalan kelompok besar sekali gus. Ketika orang Quraisy tahu, mereka mulai panik 


"Tahan mereka yang cuba lari itu! Kurung orang yang ingin pergi!", perintah seorang pemimpin


"Mengapa tidak kita bunuh saja?", kata yang lain


"Apakah kamu sudah tidak waras? Kalau kita membunuhnya, kabilahnya akan menuntut bela! Quraisy akan berpecah dalam perang saudara! Itu sudah pasti akan menguntungkan Muhammad! Tidak, tidak ada yang dibunuh. Pujuk saja supaya mereka kembali kepada sembahan lama. Tawarkan dengan harta kalau perlu. Jika tidak mahu juga, seksa mereka dengan berat!"


Demikian kejam orang Quraisy bertindak, sampai ada isteri yang dipisahkan dari suaminya. Kalau isterinya orang Quraisy, dia tidak boleh ikut suaminya hijrah. Jika tidak menurut, wanita itu akan mereka kurung 


Dengan rela hati kaum muslimin menerima semua itu. Mereka rela berpisah dari keluarga bahkan meninggalkan harta untuk berhijrah demi kebebasan menyembah Allah SWT

No comments:

Post a Comment