اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Merindukan Mekah
Dapatkah kita bayangkan perasaan kaum Muhajirin yang diusir dari Mekah, tanah kelahiran mereka sendiri. Rasa rindu akan Mekah semakin lama semakin menebal. Banyak sekali hal yang membuatkan kaum Muhajirin merasa demikian sebab Mekah bukan sekadar tempat lahir, melainkan juga merupakan kota yang luar biasa
Di Mekah terdapat Kaabah, rumah Allah SWT yang didirikan oleh Nabi Ibrahim AS, tempat para penduduk dan bahkan seluruh orang Arab berkunjung. Kewajiban berkunjung ke Kaabah sudah menjadi darah daging dalam diri orang Arab, baik yang Muslim mahu pun bukan. Kewajiban suci itu tidak dapat dilepaskan begitu saja, walau pun orang-orang Quraisy mencegah kedatangan setiap Muslim. Selain itu, di Mekah masih tertinggal keluarga yang mereka cintai walau pun masih dalam kehidupan syirik kerana menyembah berhala. Keluarga inilah yang sangat ingin mereka ajak ke dalam kehidupan Islam
Di Mekah pula masih tertinggal harta benda dan barang perdagangan yang disita Quraisy tatkala mereka berhijrah. Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin menebal kerana mereka telah keluar dari kota itu akibat tindakan keras Quraisy. Bukan menjadi adat orang-orang Mekah untuk menyerah terhadap ketidakadilan tanpa melakukan pembalasan. Bahkan Rasulullah SAW sendiri tidak dapat melupakan Mekah
Di Mekah juga terkubur jasad Khadijah RA, kekasih yang sangat Rasulullah SAW cintai. Tidak ada negeri yang lebih Rasulullah SAW sayangi melebihi Mekah, tanah tumpah darah yang menimbulkan begitu banyak kenangan
Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari Mekah. Dia menemui Rasulullah SAW dan Aisyah RA. "Bagaimana situasi Mekah saat kau tinggalkan?", tanya Aisyah RA
Lelaki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah, padang-padang tandus, jalan, pasar-pasar yang hiruk pikuk, serta bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan menuju perbukitan
Suaranya penuh pilu dan sedih
Kerinduan Rasulullah SAW begitu memuncak sehingga kedua mata Rasulullah SAW berkaca-kaca penuh linangan air mata
"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku", demikian ucap Rasulullah SAW. Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus umat, Rasulullah SAW juga dibahagiakan dengan pernikahan putri bongsunya, Fathimah Az Zahra RA
Orang-Orang Munafik
Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi, salah seorang dari Bani Al-Hubla. Sebelum dan sesudahnya orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin Ubay bin Salul, sampai akhirnya Islam datang. Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh lainnya yang ditaati dan dihormati kaumnya iaitu Abu Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An Nu'man, beliau adalah orang tua dari sahabat Rasulullah SAW yang bernama Hanzhalar Al-Ghasil RA. Abu Amir Bin Shaifi biasa dipanggil sebagai Pendeta oleh kaumnya. Ada pun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk disematkan padanya dan menjadikan dia Raja mereka. Ketika kaumnya berpaling kepada Islam, dia menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah SAW dan menuduh Rasulullah SAW telah mengambil mahkota kepemimpinannya. Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin Salul ikut masuk Islam namun tetap menyimpan kemunafikan dan dendam kesumat. Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada kekafirannya, dia pergi bersama belasan kaumnya ke Mekah dengan meninggalkan Islam dan Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta), tetapi panggilah dia Fasiq"
Sebelum berangkat ke Mekah Abu Amir menemui Rasulullah SAW dan bertanya, "Agama apa yang engkau bawa?"
Rasulullah SAW bersabda, "Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama Ibrahim"
Abu Amir berkata, "Aku juga menganut agama Ibrahim"
Rasulullah SAW bersabda, "Engkau tidak menganut agama Ibrahim"
Abu Amir menjawab, "Betul, aku menganut agama Ibrahim!"
"Wahai Muhammad, engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang bukan merupakan bahagian darinya"
Rasulullah SAW bersabda, "Aku tidak pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan putih suci"
Abu Amir berkata, "Seorang pendusta akan Allah matikan dalam keadaan terusir, terasing dan sendirian"
Rasulullah SAW bersabda, "Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu"
Demikianlah yang dilakukan musuh Allah SWT, Abu Amir, dia beranjak ke Mekah
Abdullah Bin Ubay
Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya. Hanya saja dia selalu ragu-ragu hingga dia dikalahkan Islam, dan dia masuk Islam secara terpaksa
Suatu hari, Rasulullah SAW menunggang keldai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah RA, di atas keldainya ada kain pelana yang di atasnya terdapat selimut asal Fadak yang diikat dengan serat palem. Rasulullah SAW berjalan depan Abdullah Bin Ubay Bin Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang bernama Muzahim. Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah SAW melihat Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Baginda SAW merasa malu melalui depannya dengan menunggang keldai, maka Rasulullah SAW turun dari keldainya dan mengucapkan salam lalu duduk sejenak
Rasulullah SAW membacakan Al Quran kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul dan mengajaknya kepada agama Allah SWT, mengingatkannya tentang Allah SWT, memberi peringatan keras, memberi khabar gembira dan ancaman padanya. Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa
Setelah Rasulullah SAW selesai berbicara, Abdullah Bin Ubay Bin Salul berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya tidak ada orang yang lebih baik perkataannya dari perkataanmu. Apabila yang engkau katakan itu benar, duduk sajalah di rumahmu. Siapa pun yang datang menemuimu, bicaralah engkau kepadanya. Sedangkan orang yang tidak datang menemuimu, tidak usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya dan mengatakan sesuatu yang orang itu tidak menyukainya"
Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama beberapa dari kaum Muslimin berkata, "Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke majlis-majlis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi Allah, inilah suatu hal yang kami sukai, sesuatu yang dengannya Allah jadikan kami mulia. Dan Dia memberi petunjuk bagi kami padanya"
Ketika Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya menentang pendapatnya, dia bersyair :
"Kala tuanmu menjadi musuhmu
Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu
Biasakah burung helang harus terbang tanpa sayapnya
Jika suatu hari bulunya di cabut, ia akan jatuh"
Rasulullah SAW beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke rumah Sa'ad Bin Ubadah RA. Ucapan Abdullah Bin Ubay Bin Salul masih terasa di wajah Rasulullah SAW
Sa'ad Bin Ubadah RABberkata, "Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu di wajahmu, apakah engkau baru mendengar hal yang tidak engkau sukai?"
Rasulullah SAW bersabda, "Betul sekali"
Sa'ad Bin Ubadah berkata, "Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi Allah ketika engkau datang kepada kami, kami telah mempersiapkan mahkota yang akan kami berikan padanya sebagai pemimpin. Dia beranggapan engkau telah merampas mahkota kepemimpinan itu darinya"